Rabu, 19 November 2014

"SEBELUM KAU BENAR-BENAR PERGI "


Sebelum kau benar-benar pergi
Izinkan aku untuk sesaat,
Menyusun sederet kata
Dengan diksi yang sederhana untukmu.

Jika nanti waktu telah menemui takdir,
Bahagia telah menemui sesal,
Dan pertemuan berganti dengan jarak,
Sampai kemudian aku tak akan bisa menyapamu lagi.
Bahkan untuk sekedar berkata
Kamu terlihat tampan hari ini sayang.

Apa yang harus aku katakan kepada sore yang dulu sering menghadiahkan senja kepada mata kita.
Alasan seperti apa yang harus ku cipta supaya ia yakin,kau akan mengunjunginya kembali bersamaku.

Rasanya, ingin sekali aku menahanmu untuk tetap tinggal.
Namun,langkah kakimu terlalu kuat untuk ku cegat,
Seakan sudah sangat siap untuk berlari
Dan tak ingin kembali.

Diiringi nada sendu nan pilu
Aku menyapamu lewat sebuah puisi
Dan melalui sebentuk pengharapan
Aku memelukmu dengan sempurna

Sejauh apapun kau berlari,
Aku meyakini pastliah aku yang akan menjadi tujuan akhir perjalananmu.

Kelak,  saat kau sudah merasa lelah dengan perkara dunia,
Dan tak mampu lagi berlari.
Datanglah padaku,layaknya rumah
Yang selalu menjadi tujuan akhir dari sebuah perjalanan.
Aku akan menunggumu.
Maka biarkan angin yang menghembuskan nyeri dan perih kita.
Biarkan api yang membakar kecewa dan lelah kita.
Biarkan hujan yang menghapus air mata kita.

Karena aku mencintai seluruh keinginanmu
karena aku mencintai seluruh
adanya dirimu.
Jadi ,kembalilah kapan pun kau mau
Selagi waktu masih mengizinkan
kita untuk saling mendekap
walau hanya sekejap.






"Secangkir kopi dan Semangkuk Mie"




Bulan terlalu malu untuk bersinar malam ini sebab awan nampak begitu redup,dan hujan sudah bersiap untuk turun.Malam ini udara begitu sejuk sampai-sampai tubuh ku dibuat gigil karenanya,belum lagi rasa kantuk yang sudah sedari tadi merayuku untuk memejamkan mata, lalu tertidur.Tidak, aku tidak bisa menurutinya.Banyak hal yang mesti aku kerjakan dan harus aku selesaikan malam ini.Aku segera melangkahkan kaki ke sebuah ruangan tak jauh dari tempat kaki ku berpijak saat itu.Tumpukan kertas ,berbagai macam buku referensi dan sebuah laptop usang sudah menungguku di sana.

Dengan tidak banyak mengulur waktu aku mulai mengerjakan tugas-tugasku. 20 menit telah berlalu jam sudah manunjukkan pukul 21.00 ,aku belum juga menyelesaikan setengah dari tugasku. Rasa kantuk yang kurasa semakin berat saja sehingga dua mataku tak sanggup lagi menahannya mereka sudah terlalu lelah. Akhirnya aku memutuskan  untuk berhenti sejenak,  dan berencana membuat secangkir kopi dan membuatl semangkuk mie di dapur. Ku pikir itu dapat membantuku untuk berjaga.

Aku menuju dapur dan membuka sebuah lemari tempat kopi,teh mie,dan roti biasa disimpan. Aku membukanya dengan sangat semangat. Namun, nasib malang menimpaku. Tidak ada kopi,tidak ada teh, apalagi mie dan roti.Di sana hanya ada sebungkus kacang ijo dan toples kosong. “ Sial…! Aku belum belanja untuk bulan ini”. Kesibukan dan jadwal kuliah yang begitu padat membuatku lupa bahkan untuk sekedar belanja bulanan.

Perutku sudah semakin lapar ,dan menyegerakan aku untuk mencari sesuatu yang bisa mengganjal rasa lapar dan kantukku. Di malam yang dingin aku menyusuri jalan menuju sebuah supermarket yang berjarak 20 meter dari kostku.Dengan cepat dan sigap aku langsung mengambil beberapa potong roti ,tiga bungkus mie instan, dan tiga sachet kopi instan.Aku termasuk orang yang makan banyak walaupun memilik tubuh kurus dan langsing.

Setelah membayar semuanya,aku terkejut melihat jam tangan ku yang sudah menunjukkan pukul 22.00 wib. Aku berlari dari supermarket menuju kost sambil menghafal beberapa rumus untuk ujian besok yang sengaja ku bawa saat hendak pergi tadi.

Saat tiba di rumah karena rasa kantuk dan lapar makin menjadi-jadi aku berniat membuat semangkuk mie instan dan secangkir kopi terlebih dahulu baru kemudian belajar dan mengerjakan tugas. Tak butuh waktu yang lama bagiku untuk membuat semangkuk mie dan secangkir kopi.aku kembali menuju ruang belajar dengan membawa makanan dan minuman yang telah kubuat tadi dan kembali mengerjakan tugas selang satu paragraph aku menyeruput kopi dan memakan mie sampai akhirnya aku tertidur tanpa sadar.

Cahaya matahari membangunkan tidurku yang pulas. Dengan cepat aku tersadar dan melihat jam sudah ada di angka 10.40 dan sepuluh menit lagi aku masuk kelas.   “Sial,,Rupanya secangkir kopi tak mampan melawan rasa kantukku semalam”. Spontan aku langsung berlari menuju ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan membasuh muka saja,karena kurang hati-hati aku terjatuh dan tidak sadarkan diri.

“Ri,,,Fahri..!!”. Bangun woi….Terdengar suara seseorang memanggil namaku.

“ Ayo bangun bentar lagi jam 09.00. Teriak Riki teman sekamarku.

Aku langsung bangun dengan tatapan kosong. dan ternyata aku tidak terlambat dan aku tidak membuat secangkir kopi maupun semangkuk mie instan.
Benar-benar mimpi yang melelahkan.